Line Chart basic concept for CAT exam.

CAT stands for common aptitude test. CAT Line Chart is important and useful in logical section. This topic is an integral part of many competitive exams. An aspirants could except few questions from…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




kekalahan sebuah ego

Sorry jadi lu yang harus turun.”

Rin menggeleng sambil membenarkan posisi tubuh Isagi di atas punggungnya, “Kak Reo kenapa-napa nanti lu yang repot. Lagian ada gua suruh aja gak papa.”

Nagi mengerling tatap Rin dengan sorot jenaka, “Bilang aja karena ini Isagi,” tuduhnya sambil menunjuk kepala berselimut helaian biru tua yang bersandar di atas pundak sang sahabat.

Rin berdecak, rotasikan bola matanya dengan malas. Ya, tidak salah, tidak sepenuhnya benar juga. Sudah ia putuskan untuk menjaga Isagi, tapi bukan berarti ia mendedikasikan seluruh jasa hanya untuknya sehingga enggan menolong sesama.

“Mending lu cepet bawa pulang, deh, itu pacar lu. Mabuk berat gitu semoga gak muntah di mobil.”

“Lu juga, Isagi udah kaya gak pernah mabok dari orok aja.”

Sejenak Rin palingkan muka, tatap wajah Isagi yang sedikit tertutup poninya yang terlihat kian memanjang. Pemuda dalam topangannya ini pasti sudah minum terlalu banyak. Rakauan itu sesekali masih mengudara menggumamkan beberapa patah kata tak jelas sejurus aroma alkohol kuat ia rasa dalam penciumannya.

“Ya, udah. Gua ke atas dulu, lu hati-hati.”

Setelah saling lemparkan ucap perpisahan, Nagi melesat menjalankan mobilnya tinggalkan gedung apartemen tempat tinggal sang sahabat sementara Rin kembali masuk ke dalam dengan Isagi dalam gendongannya.

Syukur ia curahkan dalam hati perihal Isagi bukan orang yang merepotkan saat mabuk, Rin tak cukup kepayahan untuk terima rontaan dari sebagian manusia yang memiliki kebiasaan buruk atas pengaruh alkohol.

Selama perjalan menuju apartemen mereka, Isagi masih sesekali lepaskan gumam tak jelas dengan suara seraknya tepat di depan telinga Rin, pemecah hening yang mengiring perjalanan singkat mereka hingga akhirnya sampai pada tuju. Rin lekas membawa Isagi masuk ke dalam.

“Kak, gua permisi masuk kamar lu, ya,” ucap Rin sebelum menurunkan gagang pintu dengan sedikit kepayahan karena kedua tangan yang menopang tubuh bawah Isagi.

Setelah berhasil membuka pintu, Rin segera membaringkan tubuh Isagi di atas kasur empuknya, melepas sepatu yang masih ia kenakan, dasi yang melilit kerah kemeja jua dua kancing kemeja teratasnya dengan harap Isagi tak lagi tercekik dua hal yang terlihat cukup erat melingkari lehernya.

Sejenak, Rin terdiam, memandang wajah damai Isagi di sana. Pipinya terlihat bersemu sementara napas masih berhembus tak begitu teratur; Isagi belum terlelap nyenyak sejak kepulangannya.

“Dia udah minum air belum, ya?” monolognya mengudara, pikirkan hal sederhana yang menurutnya penting untuk Isagi saat ini.

Tak bergelung begitu lama dengan pikirannya, Rin memilih untuk beranjak, berniat ambilkan segelas air mineral untuk Isagi teguk sebelum ia benar-benar hanyut dalam pelukan pulau kapuk.

Namun, tatkala kaki hampir bergerak mengais satu langkah pasti, sebuah tangan menahan pergelangannya, menariknya, buat keseimbangan Rin kacau dan tubuhnya terhuyung jatuh ke atas kasur hampir menimpa tubuh Isagi jika saja refleksnya tak bergerak lebih cepat, menahan tubuh dengan kedua sikunya di tiap sisi bantal milik lelaki yang lebih tua.

Rin tentu saja terkejut. Sementara Isagi tak sedikitpun berikan kesempatan sang Itoshi termuda mencerna posisinya saat ini dan bergerak mengalungkan kedua tangannya pada leher jenjang samg surai hijau tua di atasnya.

“Jangan pergi.”

Sepasang jelaga biru itu menatapnya dengan sayu, binarnya terlihat sedikit redup dalam sorotan pencahayaan remang dari lampu di atas nakas. Kendati demikian masih dapat Rin lihat ambang kesadaran yang kian menipis pada figur wajah lelah Isagi di bawahnya.

“Di sini aja, jangan tinggalin aku sendirian...”

Bunyi bahasa itu mengalun pelan dengan nada sarat akan rasa cemas yang mencekik dirinya karena lepas bersama pahat raut tak tenangnya.

Rin tak mampu berbuat banyak selain helaan napas ia keluarkan lantas bergerak elus mahkota dalam balutan helai biru tua yang lembut, tebarkan harum yang samar dan hampir tak dapat ditangkap indera penciumannya jika bukan karena posisi mereka yang begitu dekat, amat dekat hingga kedua ujung hidung itu saling bersentuhan.

“Rin gak kemana-mana, Kak.”

Ia membalas, sambil mencoba buat sedikit jarak antara wajah keduanya karena dirasa mulai tak waras mengingat detak jantungnya berdetak lebih cepat sementara kupu-kupu itu terus menggelitiki perutnya dengan riang gembira, seolah tengah mempermalukan Rin yang salah tingkah, karena sungguh, Isagi luar biasa indah dalam jarak pandang sedekat ini. Pipi berisinya yang bersemu merah, sepasang mata yang tak lepaskan kuncian pada manik zamrudnya, jua bibir merah mudanya yang sedikit terbuka tebarkan aroma alkohol tepat di depan wajahnya.

Rin tak kuasa dengan pemandangan di bawahnya ini, meski begitu menyayangkan diri jika ia beranjak pergi sekarang juga. Isagi Yoichi, sang manifestasi cahaya bulan yang selalu ia damba, bahkan masih mampu memancarkan pesonanya dalam redup ambang kesadaran.

Indah, Isagi Yoichi teramat indah.

Bahkan, saat kedua tangan kecil yang masih melingkar di lehernya itu mulai bergerak menarik kembali dirinya, mengikis jarak, Rin tak mampu bergerak tuai penolakan. Ia termangu, Isagi semakin dekatkan diri, membuainya, sementara Rin memilih untuk katupkan kedua kelopak mata menerima segala hal yang akan datang.

Hingga, lama hal dinanti tak kunjung dibagi, sang termuda Itoshi kembali buka kedua mata hanya untuk saksikan jelaga biru yang hilang berselimut kelopak bersama sapuan napas teratur diterima kulit wajahnya; Isagi tertidur.

Dalam beberapa detik Rin terdiam, memandang damai yang memoles rupa manis di bawahnya. Rin tak kecewa pun torehkan ekspresi dalam banyak arti. Meski begitu, tak pula ia biarkan asanya berakhir fana.

Lantas, dua pasang labium bersua.

Kehendak hati itu menarik Rin dari kewarasan, menepis jarak, melanggar aturan tak tertulis yang harus ditaati segala macam batasan yang disugestikan untuk diri sendiri.

Pada akhirnya Rin tak kuasa, terus membohongi diri akan terima pada siapapun hati Isagi berlabuh justru membangunkan egonya lantaran sudah teramat menyiksa. Rin menginginkan Isagi untuknya, Rin mencintainya.

Sayangnya, memori dari masa lampau mulai memukul keras dirinya; bahwa, semuanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Luka yang ia tanam sudah terlalu dalam, pahitnya kenyataan membuat ia marah akan keangkuhan diri.

Rin melepas tautan bibir mereka dan beranjak menjauh. Tubuhnya turun, duduk di atas lantai. Perlahan, punggungnya ia sandarkan di samping kasur milik Isagi sementara sebelah tangan mulai terangkat remat helaian hijau gelapnya dengan erat. Rin menggertakkan giginya.

“Lu orang paling bego di dunia, Itoshi Rin.”

Add a comment

Related posts:

Power

I was going to write about Amma from ‘Sharp Objects.’ I bought this boy a copy once but he didn’t show up and so I gave it to my friend. I remember once he looked at me and I thought he could see…

EYESO Photo Walk In Lisbon

In the beginning of July we at EYESO organized a photo walk in sunny Lisbon, focusing on the details of the beautiful neighbourhood Alfama and its surroundings. Our guide was the talented Ana Gil —…

What is an FB Liker?

FB Liker is a social tool working on the mechanism of social media exchange system whereby a community of a FB Liker (Apentanl Calc) users likes post and feeds in return of likes on their posts. It’s…